body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;} TuneList - Make your site Live

Cari-mencari gia ne aisyemen

Ahad, 31 Ogos 2014

Sigu

Kalo saya seorang sigu, saya tidak akan menghina apa juga yang di anuntinya lalu memaksa dengan apa cara sekalipun baik cara halus mahupun dengan agenda yang terselubungi atau mengajar murid-murid saya bagaimana cemerlang, gemilang dan terbilang. Adakah itu tidak perlu? tentu saja perlu. Atau mengajar setelah lulus dengan jaya masuk ke universiti, punya ijazah miliki sijil setelah itu bisa peroleh kerja yang sinang menjamin masa depanya di kemudian hari. Jika ini yang saya ajarkan, maka ada sebilangan murid yang berjaya ada sebilangan murid yang kurang berjaya. Mengapa tidak semua berjaya? Dan juga mengapa kalo semuanya berjaya? Apakah murid-murid itu punya IQ yang berbeda dengan cara pikir dan penerimaanya turut berbeda-beda? Sehingga tidak bisa menangkap apa yang saya ajarkan. Apakah yang rajin itu berjaya yang kurang berusaha itu tidak berjaya? Jika saya mengajar cara pandang duniawi maka saya melahirkan genarasi seperti duniawi. Namun jika saya mengajar murid-murid bagaimana menjadi manusia dan menghargai dirinya, sekalipun punya iQ yang rendah ia akan mengerti bahawa dia cukup berharga dimata Tuhan. Apakah itu bererti murid-murid itu bukan manusia? tidak. Justru kita tahu bahwa kita manusia namun kita tidak mengerti mengapa kita menjadi manusia bukannya binatang (maaf kalo bahasa terkasar sedikit). Lihatlah pelajar di sekilingmu apa mereka menghormatimu sebagai guru. Mengapa ada kes buli, mengapa ada kes ponteng, mengapa ada pelajar merokok dengan megah dengan berpakaian sekolah, mengapa di bangku sekolah ada perzinahan dan macam-macam lagi, ini terjadi di seluruh dunia, mengapa sekolah tempat untuk kita melahirkan genarasi bijak pandai justu lebih banyak rusak akhlaknya menjadi sebuah bangsa tidak mengenal Allah. Apakah kita mungkin bertanya di dalam hati apa mungkin kurang didikan agama, apakah mungkin kurang didik di dalam keluarga, Apakah mungkin pertembungan dua budaya antara timur dengan barat, apakah mungkin pengaruh pesekitaran dan lain-lain. Jika itu penyebabnya pertanyaan mengapa itu ada apakah itu di adakan? Tidak saudara, justeru hal itu terjadi kerana sekalipun kita manusia namun belum mengerti mengapa kita menjadi manusia sehingga lupa untuk apakah kita diciptakan.
Siapa yang bisa mengajar kita untuk menjadi manusia, apakah! saya, atau para ahli yang pakar, ahli-ahli pemikir, punya pegangan agama kuat, tidak ada seorang pun di antara kita bisa mengerti menjadi manusia lalu mengajarnya untuk menjadi manusia tanpa dari Dia yang menyatakan diriNya. Megapa? Kerana semuanya sudah hilang kemulianya dari Sang Pencipta bahkan mula jauh dari sang pencipta.
Justeru kita amat memerlukan orang yang pernah menjadi manusia, apakah ada? Ya ada, hanya ada satu orang yang pernah benar-benar menjadi manusia yang bukan dari bawah justeru turun dari atas lalu dilahirkan oleh seorang wanita.
Saya rasa kita bisa menduga orangnya. Orang yang pernah berkata " tepatlah katamu bahawa Akulah Guru dan Tuhan "

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Jumlah Paparan Halaman