body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;} TuneList - Make your site Live

Cari-mencari gia ne aisyemen

Rabu, 8 Januari 2020

CHRISTUS VIVIT


Christ is Alive



Seruan Apostolik Pasca-Sinode ini dikeluarkan pada tanggal 25.March.2019 di The Holy House of Loreta.
Sebuah dokumen yang merupakan buah dari sindoe umum Para Uskup tentang
“ Orang Muda, Iman dan Discermen panggilan”.
Paus menyampaikan bahawa penulisan dokumen ini telah diilhami oleh kekayaan refleksi dan perbicaraan selama Sinode tentang orang muda, yang telah terselanggara pada October 2018 lalu di vatikan.
Antara keterangkuman dokumen "Kristus Hidup" bagi semua orang muda dan seluruh umat Allah.


 BAB I
What does the word of God have to say about young people?
Paus Fransiskus memberikan contoh-contoh kisah dalam Perjanjian Lama dimana kehadiran orang muda diperhitungkan Allah. Allah memandang orang muda dengan cara yang berbeza, seperti pada kisah Yusuf (Kej: 37-47), Gideon (Kej: 37-47), Samuel (1 Sam 9:2), Raja Daud (1 Sam 16:6-13), Salomo (Yer 1:8) dan Ruth (Rut 1:1-18). Diceritakan pula kisah-kisah pada Perjanjian Baru, yang menekankan pesan Yesus yang senantiasa muda. Yesus muda ingin memberi kita hati yang selalu muda untuk memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran.
Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kemudaan yang sejati ada pada hati yang mampu mengasihi. Usia tidak menentukan hak istimewa, jangan menanggap usia muda maka nilai
dan martabatnya lebih rendah: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda” (1 Tim 4:12), tetapi orang muda juga harus menghormati orang yang lebih tua.
BAB II
Jesus, ever young
Paus menghadirkan figur Yesus yang memulai misi publik dan misteri penyelamatan-Nya di masa muda. Yesus adalah contoh nyata dari kemudaan yang sejati dalam hidup ini. Injil pun menceritakan beberapa peristiwa masa remaja dan masa muda Yesus, khususnya saat Yesus dibaptis di tepi Sungai Yordan (bdk Mat 3:13-17). Seperti Yesus, setiap orang muda adalah anak Allah yang dipanggil untuk melaksanakan sebuah misi di dunia ini bersama dengan bimbingan Roh Kudus. Kita dapat meneladani sikap Yesus yang memiliki kepercayaan mutlak kepada Bapa, merawat persahabatan dengan para murid-Nya, memiliki rasa mendalam pada orang yang paling lemah, orang miskin, para pendosa dan mereka yang disingkirkan. Dalam Yesus, semua orang muda dapat menemukan diri mereka.
Gereja yang muda akan membiarkan dirinya diperbarui. Gereja menjadi dirinya sendiri dan memperoleh kekuatan untuk menjadi selalu baru dari Sabda Tuhan, Ekaristi, kehadiran Kristus dan kekuatan Roh Kudus. Di masa ini, banyak orang muda yang menganggap Gereja mengganggu, menjengkelkan dan tidak penting dalam hidup mereka. Mereka menginginkan Gereja yang mendengarkan, bukan Gereja yang mengutuk, diam saja atau menyalahkan dunia. Iltizam Gereja melawan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan seksual adalah tanggapan yang membuat dirinya muda.
Paus Fransiskus juga memberikan Bunda Maria sebagai teladan Gereja, terutama kekuatan perkataan “Ya” dari Maria yang mengungkapkan “Aku ini hamba Tuhan” (Luk 1:38). Maria adalah seorang influencer, influencer Allah! Bab ini juga mencantumkan kisah-kisah orang muda yang menjadi orang kudus, seperti kisah Santo Sebastianus, Santo Fransiskus dari Asisi dan orang-orang kudus muda yang berasal dari berbagai belahan dunia.
BAB III
You are the “now” of God
Orang muda lebih dari masa depan dunia. Mereka adalah masa kini yang turut berpartisipasi dan memberikan sumbangan  dalam pengembangan Gereja dan dunia. Dalam Sinode, diakui bahwa umat Gereja tidak selalu mendengarkan orang muda dengan penuh perhatian. Gereja cenderung memberikan jawaban siap saji, bersikap kaku dan tidak membuka dirinya. Padahal, orang muda memiliki perana dalam berbagai komunitas untuk memberi kepekaan baru lewat berbagai pertanyaan baru.
Paus menyertakan realita dan tantangan yang terjadi pada orang muda, seperti situasi perang, berbagai kejahatan, kekerasan dan tindak kriminal, perdagangan dan perbudakan manusia, eksploitasi seksual, pemerkosaan, penggunaan dadah, keterlibatan dalam terorisme, geng bersenjata serta permasalahan sosial seperti kemisikinan, marginalisasi, pengucilan sosial atas dasar agama, etnis dan ekonomi. Paus Fransiskus mencantumkan realita terkait seksualitas orang muda, perkembangan sains dan teknologi, imigran dan pengungsi, pro dan kontra dunia digital (internet dan media sosial) dan kemajuan teknologi.
Selain itu, Paus Fransiskus juga membahas masalah penyalahgunaan yang dilakukan kaum religius dan awam serta klerikalisme. Tetapi Paus Fransiskus menegaskan bahwa selalu ada jalan keluar, bilamana kita merasa lemah atau kecewa, kita selalu dapat meminta Yesus untuk memperbarui kita.
BAB IV
A great message for all young people
Di bab ini Paus Fransiskus menyebutkan tiga kebenaran agung, yang pertama: Allah mengasihi kamu” dengan kasih yang tanpa batas dan dipenuhi dengan sukacita sejati. Orang muda sangat bererti, berharga dan penting bagi-Nya. Kasih Allah adalah kasih yang tidak membebani atau menindas, tidak meminggirkan, merendahkan, membungkam atau diam saja. Kasih Allah ada setiap hari, bijaksana dan menghargai, kasih yang membebaskan, menyembuhkan dan memajukan; kasih yang memberi kesempatan baru daripada menyalahkan, lebih tahu masa depan daripada masa lalu.
Kebenaran yang kedua adalah “Kristus menyelamatkanmu”, Ia telah memberikan diri-Nya sampai akhir. Ia rela di salib untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Apapun yang kita lakukan, Ia akan tetap mengasihi dan menyelamatkan kita. Paus Fransiskus juga berpesan bahwa orang muda tidak ternilai: “Kalian bukanlah sesuatu yang dapat dijual dengan lelong!” Bapa Paus ingin agar kita tidak mudah terbujuk rayuan penjajahan ideologis yang membuat kita menjadi budak ketergantungan.
Kebenaran ketiga yang tidak dapat dipisahkan dari kedua kebenaran sebelumnya adalah “Kristus hidup”, Ia benar-benar hadir dalam hidup kita di setiap waktu, seperti sabda- Nya: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:20). Melalui kebenaran ini, Kristus ingin menyampaikan bahwa kebaikan dapat berhasil dalam hidup kita. Segala upaya kita akan menghasilkan sesuatu, kesedaran membantu kita untuk berhenti mengeluh dan melihat ke masa depan. Kita pun dapat berbicara dengan Kristus mengenai hal-hal nyata dalam hidup, yang membantu kita untuk bersikap terbuka dan menjadi pengalaman mendasar yang membantu untuk berkomunikasi dengan orang muda lainnya. Kita juga perlu memohon Roh Kudus untuk membarui pengalaman pesan agung tersebut dalam diri kita supaya kita dapat menyinari dan memberikan arah jalan yang lebih baik.
BAB V
Paths of youth
Paus Fransiskus menggambarkan masa muda sebagai karunia Allah. Menjadi muda adalah sebuah rahmat dan berkat. Muda adalah sebuah masa yang penuh dengan sukacita dan harapan. Kasih Allah tidak menghalangi kita untuk bermimpi tetapi justru memacu kita menuju hidup yang lebih baik dan indah. Namun, banyak orang muda merasa gelisah, terutama kerana  dalam masa muda mereka harus mengambil banyak keputusan mandiri dan melewati berbagai tantangan dan rintangan yang terkadang membuat adanya godaan untuk mengeluh dan menyerah. Maka, Paus Fransiskus kembali mengingatkan bahwa kita harus bertekun pada mimpi-mimpi kita, kerana mimpi akan dicapai dengan harapan, kesabaran, komitmen dan tanpa tergesa-gesa.
“Orang-orang muda, janganlah meninggalkan yang terbaik dari masa muda kalian, janganlah melihat hidup ini hanya dari beranda saja. Jangan merancukan kebahagiaan dengan sofa dan janganlah menghabiskan hidup hanya di depan layar. (…) Ambillah risiko meskipun kalian akan melakukan kesalahan-kesalahan. Janganlah kalian hidup dengan jiwa yang di bius dan janganlah melihat dunia ini seperti seorang wisatawan. Buatlah diri kalian didengar! Usirlah ketakutan yang membuat-mu lumpuh, supaya tidak menjadi orang muda yang seperti mumia. Hiduplah! Berikanlah pada diri kalian yang terbaik dalam hidup! Bukalah pintu-pintu kandang dan terbanglah! Tolong, janganlah kamu pensiun sebelum waktunya.” (CV 143)
Kita tidak perlu takut untuk mengambil risiko dan membuat kesalahan, kerana kita dapat belajar dari kesalahan kita. Paus Fransiskus juga kembali mengingatkan kita untuk bekerja demi kebaikan bersama dan menghidupi masa kini, seperti sabda Tuhan: “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, kerana hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Mat 6:34). Dengan demikian, kita dapat menghidupi saat ini dengan sepenuhnya, memupuk persaudaraan, mengikuti Yesus dan menghargai setiap kegembiraan kecil dalam hidup sebagai karunia cinta kasih Allah. Maka dari itu, dalam perjalanan hidup ini, hendaknya kita selalu hidup dalam persahabatan dengan Yesus. Ia adalah teman yang setia, yang selalu berada di samping kita dalam masa-masa sulit dan bahagia, kehadiran-Nya membawa kasih dan Ia benar-benar mengangkat kita sebagai sahabat-Nya.
Yesus tidak akan pernah meninggalkan kita, terutama di masa-masa yang sangat sulit, Ia akan terus berada disamping kita. Layaknya seorang sahabat, kita pun dapat berbagi hal-hal yang terjadi dalam hidup kita dengan-Nya. Kita pun juga perlu tumbuh menjadi dewasa tanpa kehilangan nilai-nilai kemudaan, menyebarkan kasih dan persaudaraan ke semua orang dan terlibat secara aktif untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial dengan cara dan kemampuan kita sendiri, melalui cara-cara yang sederhana namun bermakna. Maka itu, Paus Fransiskus menegaskan bahwa “orang muda adalah watak utama”, orang muda adalah pelaku utama perubahan yang memegang masa depan. Kita juga diajak untuk menjadi misionaris pemberani yang dipanggil untuk menjadi saksi-saksi Injil dan mewartakan kabar gembira tentang karya penyelamatan Allah. Meskipun kita masih muda, tetapi kita bisa membawa perubahan besar! Maka itu, marilah bertindak mulai hari ini dan marilah kita bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik.

BAB VI
Young people with roots
Seringkali kita menemukan orang-orang yang mengajak kita untuk mengabaikan sejarah, tidak menghargai pengalaman orang tua, memandang rendah masa lalu dan hanya melihat masa depan sehingga mereka dapat memanipulasi kita dengan mudahnya. Kita tidak boleh membiarkan orang-orang itu memanfaatkan masa muda kita untuk mencampuradukkan keindahan dengan penampilan. Paus mengingatkan bahwa keindahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang tampak dari luar saja, tetapi keindahan sejati muncul dari dalam diri kita. Kita sering melihat banyaknya standar keindahan yang diukur dari rupa, barang-barang yang kita miliki atau hal-hal duniawi lainnya. Namun kita tidak perlu berkecil hati, kerana kita memiliki keindahan dari kebersamaan dan pelayanan yang kita lakukan dalam keluarga, lingkungan sekitar dan juga untuk komunitas dan tanah air.
Kita perlu bersikap bijaksana di era globalisasi ini, iaitu dengan mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak melupakan dari mana kita berasal, terutama dalam menjaga hubungan dengan orang tua, keluarga dan orang yang sudah lanjut usia sehingga kita dapat mengambil manfaat dari pengalaman mereka. Kita akan memperoleh warisan yang tidak terbatas oleh waktu. Kita juga dapat saling melengkapi, kerana orang tua memiliki mimpi sementara orang muda memiliki visi. Dengan menjalin hubungan yang kuat, kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dari cerita-cerita mereka, kita juga dapat saling belajar, memberikan inspirasi dan kekuatan baru untuk berkarya.

Bab VII
Youth Ministry
Orang-orang mudalah pelaku (reksa pastoral) pelayanan orang muda, yang perlu didampingi dan dibimbing namun memiliki kebebasan untuk menemukan jalan baru lewat kreativitas dan keberanian mereka. Reksa pastoral(pendekatan dalam pastrol) hendaknya menjadi lebih fleksibel dan mengajak orang-orang muda untuk mengikuti berbagai acara dan menyediakan ruang untuk belajar, bergembira, berbagi kesaksian nyata dan mengalami perjumpaan dengan Allah yang hidup. Melalui berbagai motivasi dan kegiatan yang dekat dengan orang muda, maka tingkat partisipasi orang muda pun dapat meningkat. Reksa pastoral harus sinodal, di mana orang muda dapat berjalan bersama dengan seluruh bagian Gereja sehingga secara bersama-sama semua orang dapat belajar dari satu sama lain.
Paus Fransiskus menyebutkan dua garis besar tindakan pendekatan pastoral, yang pertama adalah penjangkauan, ajakan, panggilan yang menarik perhatian orang muda kepada pengalaman akan Tuhan (pendalaman kerygma). Kedua, pertumbuhan dalam kasih persaudaraan. Ini adalah perkembangan dari suatu proses pendewasaan. Pendewasaan dari mereka yang telah menghidupi pengalaman tersebut, termasuk dalam komunitas dan pelayanan. Pendampingan orang muda memerlukan pendekatan baru yang dilakukan melalui acara di mana orang muda dapat saling berjumpa, berbagi muzik, aktivitas kreatif, olah raga, maupun refleksi dan doa. Selain itu, lembaga pendidikan seperti sekolah, maupun lembaga di bidang pelayanan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan keterbukaan kepada iman dan cinta kasih orang muda. Banyak orang muda yang tergerak hatinya untuk melayani orang-orang miskin dan orang-orang yang terpinggirkan di masyarakat.
Pelayanan pastoral orang muda juga hendaknya menjadi pelayanan pastoral misionari dan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi orang muda untuk belajar menjadi pemimpin di lingkungan mereka. Orang muda perlu dihargai kebebasannya namun mereka tetap perlu didampingi. Salah satu tempat pendampingan orang muda adalah keluarga dan komunitas sekitar. Pendampingan orang muda hendaknya dibatasi dengan pendampingan yang memberi mereka semangat, mendukung supaya mereka lebih percaya diri dan tidak memberikan banyak hambatan, pengawasaan maupun aturan yang kaku. Maka dari itu, diperlukan pelayanan pastoral orang muda populer yang membuka pintu-pintu dan memberi ruang untuk semua orang, seperti cerminan Gereja yang terbuka. Hal ini juga mencakup untuk pendampingan bagi orang-orang muda yang memiliki pandangan hidup atau menganut agama dan kepercayaan lain.

BAB VIII
Vocation
Panggilan dapat dipahami sebagai panggilan Allah. Pannggilan ini mencakup panggilan kepada hidup, panggilan kepada persahabatan dengan Dia maupun panggilan kepada kekudusan. Secara khusus, panggilan bererti pelayanan misionari untuk orang lain, dan perutusan ke tengah umat. Panggilan tidak terbatas pada kegiatan yang kita lakukan, tetapi panggilan adalah jalan yang mengarahkan usaha dan tindakan kita kepada pelayanan. Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti, untuk apa aku diciptakan, untuk apa aku berada di dunia ini dan apa rencana Tuhan bagi hidupku, sehingga kita dapat melakukan perbuatan dengan makna, yang terbaik dari diri kita demi kemuliaan Allah dan kebaikan sesama. Orang muda dapat dipanggil untuk membangun keluarga melalui perkawinan yang kudus. Ada juga yang terpanggil untuk bekerja di berbagai bidang kesihatan, sosial-masyarakat, mahupun profesion/perkerjaan  lainnya.
Kita juga dapat memperoleh panggilan kepada pembaktian atau pengabdian khusus, iaitu panggilan kepada imamat dan hidup religius. Sering kali Paus Fransiskus menemukan banyak orang muda yang menolak kemungkinan untuk mengabdikan diri mereka kepada Tuhan namun beberapa tahun kemudian mereka masuk ke seminari.
Maka dari itu, janganlah mengabaikan kemungkinan untuk mempersembahkan dirimu kepada Allah dalam imamat, dalam hidup religius dan pembaktian diri lainnya. Carilah ruang keheningan untuk melakukan refleksi, berdoa dan melihat dunia di sekelilingmu dengan baik, maka kita dapat mengenali panggilan kita di dunia ini.

BAB IX
Discernment
Secara umum, discernment telah dicantumkan dalam Seruan Apostolik Gaudete et Exultate. Saat ini, orang muda dihadapkan pada budaya gerak cepat (zapping). Tanpa kebijaksanaan penegasan rohani (discernment), kita dapat dengan mudah mentransformasi diri menjadi boneka-boneka pasar dari tren masa kini. Maka itu, diperlukan pendidikan hati nurani yang membuat penegasan rohani tumbuh dalam kedalaman dan kesetiaan kepada Allah. Melalui pendidikan ini, kita membiarkan diri kita diubah oleh Kristus yang akan membantu kita untuk bertumbuh dalam kebijaksanaan, menyatukan orientasi global dalam hidup melalui pilihan konkrit, dalam kesedaran yang tenang akan karunia dan keterbatasan diri.
Discernment  adalah upaya untuk menemukan panggilan pribadi kita. Maka, kita memerlukan ruang kesendirian dan keheningan kerana hal ini menyangkut keputusan yang sangat personal, yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain untuk kita. Tuhan berbicara kepada kita dengan berbagai cara, maka dari itu, kita memerlukan keheningan doa untuk menenangkan kegelisahan kita dan menyatukan keberadaan kita dalam terang Tuhan. Dalam melakukan penegasan panggilan, kita perlu menanyakan pertanyaan seperti: apakah aku mengenal diriku sendiri, di luar penampilan dan perasaanku? Setelah itu, kita akan menemukan pertanyaan lain seperti: bagaimana aku bisa melayani orang lain lebih baik dan menjadi lebih berguna bagi dunia dan Gereja? Penegasan rohani tidak hanya berkaitan dengan diri kita sendiri, tetapi juga melihat hidup kita dalam hubungannya dengan hidup orang lain.
Kita perlu mengenali bahawa panggilan ini adalah panggilan dari seorang sahabat, iaitu Yesus. Penegasan rohani dalam persahabatan inilah yang Paus Fransiskus sarankan kepada orang-orang muda bila kita ingin memahami kehendak Allah dalam hidup kita.
Tuhan memikirkan kita masing-masing dan Ia memandang kita sebagai teman dekat-Nya. Ia akan menganugerahi kita karunia yang akan membuat kita menghayati hidup secara penuh dan mengubah diri kita menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain. Karunia Allah bersifat interaktif, maka dari itu, untuk menikmatinya kita harus siap mengambil risiko supaya kita dapat tumbuh dan berkembang.
Para imam, religius, umat awam, para ahli dan orang muda berkualitas dapat mendampingi orang muda dalam penegasan iman, iaitu dengan cara mendengarkan.
Ada tiga langkah dalam mendengarkan. Kepekaan pertama diarahkan kepada pribadi, iaitu mendengarkan orang lain melalui kata-katanya lewat waktu yang kita berikan kepada orang lain (mendengarkan secara aktif). Kepekaan kedua adalah penegasan rohani (discernment), iaitu memahami acuan yang benar untuk memilah antara rahmat dan cubaan. Sementara kepekaan ketiga adalah mendengarkan secara mendalam terhadap arah/tujuan dan keinginan dari orang lain tersebut.
Sebagai penutup, Paus Fransiskus mengajak orang muda untuk terus berlari meraih mimpi dan membawa perubahan di dunia karena Gereja sangat membutuhkan orang muda sebagai pemeran utama.



Ahad, 31 Ogos 2014

Sigu

Kalo saya seorang sigu, saya tidak akan menghina apa juga yang di anuntinya lalu memaksa dengan apa cara sekalipun baik cara halus mahupun dengan agenda yang terselubungi atau mengajar murid-murid saya bagaimana cemerlang, gemilang dan terbilang. Adakah itu tidak perlu? tentu saja perlu. Atau mengajar setelah lulus dengan jaya masuk ke universiti, punya ijazah miliki sijil setelah itu bisa peroleh kerja yang sinang menjamin masa depanya di kemudian hari. Jika ini yang saya ajarkan, maka ada sebilangan murid yang berjaya ada sebilangan murid yang kurang berjaya. Mengapa tidak semua berjaya? Dan juga mengapa kalo semuanya berjaya? Apakah murid-murid itu punya IQ yang berbeda dengan cara pikir dan penerimaanya turut berbeda-beda? Sehingga tidak bisa menangkap apa yang saya ajarkan. Apakah yang rajin itu berjaya yang kurang berusaha itu tidak berjaya? Jika saya mengajar cara pandang duniawi maka saya melahirkan genarasi seperti duniawi. Namun jika saya mengajar murid-murid bagaimana menjadi manusia dan menghargai dirinya, sekalipun punya iQ yang rendah ia akan mengerti bahawa dia cukup berharga dimata Tuhan. Apakah itu bererti murid-murid itu bukan manusia? tidak. Justru kita tahu bahwa kita manusia namun kita tidak mengerti mengapa kita menjadi manusia bukannya binatang (maaf kalo bahasa terkasar sedikit). Lihatlah pelajar di sekilingmu apa mereka menghormatimu sebagai guru. Mengapa ada kes buli, mengapa ada kes ponteng, mengapa ada pelajar merokok dengan megah dengan berpakaian sekolah, mengapa di bangku sekolah ada perzinahan dan macam-macam lagi, ini terjadi di seluruh dunia, mengapa sekolah tempat untuk kita melahirkan genarasi bijak pandai justu lebih banyak rusak akhlaknya menjadi sebuah bangsa tidak mengenal Allah. Apakah kita mungkin bertanya di dalam hati apa mungkin kurang didikan agama, apakah mungkin kurang didik di dalam keluarga, Apakah mungkin pertembungan dua budaya antara timur dengan barat, apakah mungkin pengaruh pesekitaran dan lain-lain. Jika itu penyebabnya pertanyaan mengapa itu ada apakah itu di adakan? Tidak saudara, justeru hal itu terjadi kerana sekalipun kita manusia namun belum mengerti mengapa kita menjadi manusia sehingga lupa untuk apakah kita diciptakan.
Siapa yang bisa mengajar kita untuk menjadi manusia, apakah! saya, atau para ahli yang pakar, ahli-ahli pemikir, punya pegangan agama kuat, tidak ada seorang pun di antara kita bisa mengerti menjadi manusia lalu mengajarnya untuk menjadi manusia tanpa dari Dia yang menyatakan diriNya. Megapa? Kerana semuanya sudah hilang kemulianya dari Sang Pencipta bahkan mula jauh dari sang pencipta.
Justeru kita amat memerlukan orang yang pernah menjadi manusia, apakah ada? Ya ada, hanya ada satu orang yang pernah benar-benar menjadi manusia yang bukan dari bawah justeru turun dari atas lalu dilahirkan oleh seorang wanita.
Saya rasa kita bisa menduga orangnya. Orang yang pernah berkata " tepatlah katamu bahawa Akulah Guru dan Tuhan "

Jumaat, 30 Mei 2014

SUKLAT



Suklat cadbury Dairy Milk ada DNA kinzir, iaitu mengandungi elemen asid deoksiribonukliek punya kepanjangan penyebutannya tergulung kelidahanku. Ba sya mau shek-shek dulu sana market manatau by 1 free 3. Tapi nampaknya inda da ke-free-nya( inda da percuma ), tapi membeli suga untuk menikmatinya gia hehehe


Time sya memakan suklat cadbury inda ke-free-nya gia yang dibilang ada DNA Kinzir gia itu. Terus ada dikepalaku yang berlegar-legar tentang " darah yang di campurkan " ketemuaan ayatnya gia di dalam Injil Lukas gia. 

Pada suatu ketika, datanglah beberapa orang membawa kabar kepada Yesus. Dimana Ia diberitahu bahawa orang Galilea dibunuh Pilatus dan darah mereka dicampur Pilatus dengan korban yang mereka persembahkan. Yesus bereaksi dengan menyatakan jangan serta merta memvonis/menghakimi orang-orang Galilea tersebut berdosa. Dan Yesus juga mengingatkan bahwa kecelakaan iaitu runtuhnya menara Siloam dan menewaskan lapan belas orang tidak relevan dengan persoalan dosa seolah-olah lapan belas orang tersebut lebih berdosa dari siapapun. Dalam hidup kita pada zaman ini yang penuh tantangan yang sukup mencabar ini di ikuti kepesatan pembangunan kemeningkat keteknologi maklumat gia. Kita inda jauh berbeza dengan orang-orang yang membawa kabar kepada Yesus itu. kita selalu memandang orang yang menderita atau orang yang terkena masalah, hanya dengan mata telanjang
(maaf kalo penyebutan terasa kasar sedikit) bahkan hanya dengan sebelah mata kita. Sehingga kita dengan mudah akan akan jatuh pada pandangan negatif tehadap sesama kita yang menderita atau menghadapi permasalahan. Justru hal inilah yang kadang-kadang gia kita membuat visi atau perspektif yang selalu inda jelas om terasa hambar, sehingga muncul kecenderungan untuk membenarkan diri dari sesama kita yang terkena musibah. Siapakah yang bisa menjadi hakim bagi kita selain Allah sendiri yang akan menjadi hakim yang adil bagi kita? Atau siapakah di antara kita yang merasa tidak pernah berbuat dosa? Dosa yang besar bukanlah dosa yang dilakukan besar  melainkan dosa yang besar adalah kita tidak pernah mengaku diri kita tidak pernah berbuat dosa, itulah dosa terbesar.

kadang-kala kita gia selalu senderung menilai dan menganggap orang lain sebagai yang salah, bahkan sampai mengatakan mereka pantas mendapatkan itu, kerana olah mereka sendiri. Tidakah kita berpikir bahwa kita telah menerima kasih dari Allah dengan cuma-cuma, maka sepantasnya kita menjadi perpanjangan kasih Tuhan bagi sesama kita yang sedang menderita dengan memberi perhatian, mengulurkan tangan, serta memberi dukungan bagi sesama kita yang sedang menderita atau mengalami musibah sedemikian rupa. Darah kita yang dihidupi inda ertinya tanpa Darah Penebusan. Maka itu ada sebuah kalimat dari pensyair menyatakan Sang Anak Manusia yang menjadi daging yang bersama dengan Allah yang keluar dari Allah sendiri itulah darah dan air yang menyucikan kita dari dosa dengan kematianNya.Semoga ini menjadi teladan bagi kita semua bagaimana kita memandang sesuatu di sekitar kita dengan penuh makna yang positif.
Yesus pernah berkata " dengar dan  fahamilah:  Apa  yang masuk  ke dalam mulut seseorang  tidak dapat menajiskan  dia. melainkan  apa yang keluar dari  mulut  itulah  yang menajiskan orang. "

Apa-apa pun sya tolong kasi habis etu stok suklat gia kalo ada ke-free-nya gia bikin pusas  gia hehehe

Jumlah Paparan Halaman